Catatan Hati

Jumat, 18 Mei 2012

Menggugah Kesadaran (Diri)

Ada hal yang lebih berat kawan dari hujan deras yang  menghantam badan, atau panas yang  mengeringkan tenggorokan , atau angin kencang yang menghadang laju jalan kendaraan, atau debu yang membuat mata kelilipan, mau tau apakah itu kawan ?
Yaitu menyelesaikan apa yang telah kita mulai. Orang akan menilai kedewasaan kita  melalui bagaimana rasa tanggung jawab kita terhadap apa yang telah kita pilih. Tentunya orang tua kita telah menanamkan rasa tanggung jawab sejak kita berusia dini bahkan mungkin sejak dalam kandungan.  Dari hal-hal kecil yang biasanya kita remehkan, seperti membereskan mainan kita setelah selesai bermain, atau meletakkan pakaian kotor di tempatnya. Bahkan bukan hanya hal itu, karena kasih sayangnya pula, badan ini kerap dijewer  atau dicubit manakala kita sulit bangun subuh atau tidak membaca Al-Qur’an. Dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, kita telah dilatih sejak kecil untuk belajar bertanggungjawab.
Lalu bagaimana saat ini kawan? Saat usia ini tidak lagi dikatakan kecil, bahkan masa remaja pun telah lewat  J, tentunya kita punya rasa malu jika tidak memiliki kemajuan.  Dahulu saat kita begitu rapuh,  masih belajar dengan apa yang disebut rasa tanggung jawab, tentu hal ini adalah hal yang bisa dimaklumi. Namun kini kita telah berlabel dewasa, yang sudah tidak pantas lagi untuk bergantung pada orang lain. Istilahnya adalah sudah bukan saatnya lagi “digendong”, kita harus berdiri tegak dan mempunyai pijakan sendiri. Itulah arti dewasa.
Saya menggarisbawahi tentang apa yang saya sebut di atas “Menyelesaikan apa yang telah kita mulai”. Bicara masalah pilihan ini menjadi hal yang serius kawan. Bagaimana tidak? Tentunya kita masih ingat bukan? bahwa dalam hidup ini hanya ada 2 pilihan yang ekstrim, Kebaikan Vs Keburukan, Surga Vs Neraka. Maka janganlah kita bermain-main dengan sebuah pilihan. Karena pilihan yang kita ambil akan membawa kita pada ujung bahagia atau ujung sengsara.
Apa yang telah kita mulai saat ini kawan ? Misalnya Kuliah, kita relah memutuskan untuk masuk dalam perguruan tinggi. Maka kita sebenarnya telah mengamalkan salah satu kewajiban yaitu menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan sesuatu yang mulia dalam agama. Singkatnya, kita telah memulai jalan menuju syurga  seperi yang dijanjikan Allah dalam hadits Rasulullah Muhammad SAW,
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”
(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu Darda’ radhiyallaahu ‘anhu.)
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” (HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radliyallahu anha. Lihat Ash-Shahihah, no. 946) 
Apapun pilihannya, konsekuensi dari sebuah pilihan adalah menyelesaikannya sampai berujung pada ujung bahagia, SYURGA.  Bagi mahasiswa yang sudah pantas untuk lulus, segeralah (hehe menyindir diri sendiri), dan untuk adik-adik yang masih menikmati masa-masa perjuangan semoga selalu istiqomah. J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar