Catatan Hati

Minggu, 27 Mei 2012

Allah Mahadekat...


Hampir lima tahun sudah kejadian itu berlalu. Namun malam ini, selepas sholat isya’ tiba-tiba rekaman kejadian itu melintas saat saya masih tunduk dalam do’a.
Peristiwa itu terjadi pada waktu-waktu menjelang ujian nasional. Saya yang berstatus sebagai siswa kelas XII bagaikan menunggu kedatangan tamu yang amat mengerikan karena menentukan masa depan. Kata LULUS menjadi rangkaian huruf primadona, mengalahkan makanan-makanan enak atau film kartun terlucu. Bahkan saat itu kemi berlelah-lelah ikut bimbel untuk mengantongi predikat LULUS ini. Bayangkan betapa padatnya jadwal kami, setelah pulang dari sekolah pukul 14.30 masih dilanjutkan pendalaman materi lalu sorenya masih harus berangkat ke bimbel. Remuk redam yang terasa oleh tubuh ini, tapi semua itu menjadi perjuangan yang amat heroic buat kami yang begitu ingin menaklukkan tiga hari bersejarah itu. Ujian nasional 2007.
Hari itu hari Ahad bulan Maret, seperti biasanya saya mengikuti bimbel di Nurul Fikri daerah Duren Sawit, Kalimalang. Saya yang saat itu belum diperbolehkan naik motor sendiri karena jarak yang jauh dari rumah harus diantar-jemput  oleh keluarga. Terkadang bapak, dan terkadang kakak. Siang itu kakak yang  dan menjemput saya. Kalau tepat waktu, biasanya saya sudah keluar dari kelas pukul 11.00 namun  siang itu saya masih betah di kelas karena masih konsultasi ke tentor, dan akhirnya saya baru keluar kelas pukul 11.20. Di luar sana kakak sudah menunggu lama, dan saya bergegas  menghampirinya untuk segera pulang.
Rupanya kakak kebosenan nunggu dan jadi badmood, kakak langsung tancap gas sampe bikin kaget bukan main. Sekitar 10 meter dari lokasi bimbel.  Terjadilah peristiwa itu, kecelakaan. Sontak, motor kakak yang sedang nyalip mobil ternyata keserempet motor yang ikutan nyalip. Sementara dari arah berlawanan ada mobil melaju. Kecelakaan tidak dapat dielakkan. Saya terpental  dan terguling-guling di aspal dalam keadaan tidak berhelm kurang lebih 10 meter . Sementara dengan susah payah kakak masih dapat menguasai laju motor.  Saya sudah tidak melihat apa-apa lagi karena saya begitu takut  untuk membuka mata. Yang saya dengar hanyalah suara klakson yang berbunyi panjang dan tidak berhenti.
Lalu saya merasakan kakak “membangunkan” saya, dan barulah saya berani membuka mata dan mengangkat badan saya yang berada dalam posisi tersujud. Begitu kagetnya saya bahwa ternyata jarak tubuh  saya bahkan kepala saya dengan ban mobil hanya hitungan centimeter, mungkin hampir saja menempel. Yaa Rahman Yaa Rahim  suara klakson itu ternyata klakson mobil yang berada dekat dengan tubuh saya.
Saat itu saya langsung memperbaiki posisi jilbab yang mungkin sudah tidak beraturan lagi, kepala terasa benjol besar di bagian belakang serta tangan dan kaki lecet-lecet. Beberapa orang mendekat ikut menolong dan menanyakan kondisi saya, apakah pusing dan mual atau tidak. Namun terkejutnya saya melihat telapak kaki kakak sebelah kanan sudah berlumuran darah, darahnya banyak sekali dan terus keluar. Ternyata kakak belum sadar bahwa ia terluka, dan begitu saya memberitahunya barulah ia merasakan sakitnya dan pusingnya karena darah telah keluar banyak sekali. Saya langsung menyetop taksi dan membawa kakak ke rumah sakit karena lukanya butuh penanganan cepat.
Ya Rabbanaa, saat itu saya merasa begitu dekat dengan maut. Dan Allah yang melindungi dan menyelamatkan saya dari bahaya. Saya tidak dapat berkata-kata kecuali mengucap tahmid dan takbir sebanyak-banyaknya. Namun memandang kakak yang sedang ditangani di rumah sakit, miris sekali melihat keadaannya, kakak harus dirujuk ke rumah sakit besar karena Rumah sakit Galaksi kalimalang tidak dapat menangani lukanya, akhirnya bapak membawa kakak ke rumah sakit Pasar Rebo Jakarta Timur.
Sementara kakak dibawa ke RS Pasar Rebo menggunakan ambulance, saya dipulangkan kerumah untuk diobati. Setibanya saya di rumah, ibu sudah mengemasi pakaian ganti untuk rawat inap kakak karena tidak mungkin kakak langsung bisa pulang. Sementara saya membersihkan luka dan memar di kepala dengan air hangat.
Hari itu hari ahad dan kurang lebih kurang dari satu bulan akan berlangsung ujian nasional. Saya sempat tidak masuk ke sekolah karena dokter menyarankan saya untuk istirahat beberapa hari  untuk memulihkan kondisi.
Ya Allah… maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?
Saya baca surat Ar rahman ini berkali-kali untuk meresapi indahnya kasih sayang Allah, Air mata berderai tak tertahankan mensyukuri pertolonganNYA yang begitu dekat
Allah telah menyelamatkan saya dari kecelakaan tersebut dengan cara-NYA, yang saya sendiri tidak dapat membayangkan bagaimana saya bisa selamat di tengah kendaraan yang ramai tersebut,
Subhanallah walhamdulillah wa laailahaillallahu Allaahu akbar !

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar