Catatan Hati

Selasa, 15 Mei 2012

Fenomena Akhwat Warna-Warni

Fenomena akhwat warna warni ? 
Mengutip salah satu komentar dari senior yang sudah tidak berkutat di dakwah kampus tentang kondisi kampus saat ini,
"Kondisi kampus saat ini jauh berbeda ya. Zaman kami dulu jarang ada akhwat warna-warni tapi sekarang Masya Allah"
statement itu disampaikan kepada salah satu sahabat saya yang juga satu angkatan dengan saya. Dia menjawab dengan diplomatis,
"Li kulli marhalatin ahdafuha, li kulli marhalatin rijaluha ... dalam setiap tahapan da’wah memiliki tujuan dan rijalnya masing-masing "

Sebagai generasi 80-an hehe. tanggal lahir saya memang sedikit nanggung (1989) sehingga sering diplesetkan generasi 80-an. Saya memang sempat mencicipi perjuangan bersama kawan-kawan yang tidak warna-warni. Kakak-kakak kami saat itu (akhwat.red) memang bisa dibilang jarang berwarna. Eh kata siapa?  putih, hitam, biru dongker, cokelat dongker kan juga warna ? iya memang benar warna-warna tersebut juga masuk kategori berwarna. Tidak salah koq. Tetapi yang saya maksudkan saat ini adalah style-nya yang sudah berbeda. Seperti statemen salah seorang senior di atas yang mengatakan warna-warni, saya pikir maksud dari statemen di atas adalah lebih kepada mode. Kalau saya melihat memang akhwat saat ini lebih modis dan "berani" dalam memakai busana yang berwarna terang, ngejreng, dsb. sebagai angkatan 80-an, saya juga sempat mengamati bahwasannya kakak-kakak saya dahulu sederhana dan zuhud namun tetap serasi, dalam hal warna busana yang digunakan juga jaraaaang sekali saya melihat ada yang menggunakan warna-warna terang, ngejreng, dsb.

Lantas, pertanyaannya mengapa ini menjadi fenomena di kalangan aktivis dakwah ?
apakah iya ini fenomena ?
mari kita kroscek kembali keterkaitannya
Pertama, kalau memang perubahan itu terasa, bukankah mode busana saat ini juga berubah, setiap tahun ada saja butik atau designer yang mengeluarkan mode baru. yang  "mengkonsumsi" produk ini pun mungkin  bukan hanya aktivis dakwah (ibu-ibu maupun mbak-mbak) tetapi juga kalangan umum (ibu-ibu maupun mbak-mbak) juga menggunakannya. Bedanya, dulu tuh  belum muncul atau belum ada lakon-lakon akhwat dalam sinetron atau film. Paling juga artisnya hanya memakai busana muslim di sinetron saja, di luar sinetron ya dia kembali seperti kesehariannya. Kalau sekarang, ada lakon-lakon yang memang mencari pemeran yang asli sudah berjilbab rapih, bahkan ada test baca Qur'an dan kemampuan bahasa asing juga agar serasi dengan lakon yang dibuat oleh penulis. Nah, bisa jadi aktivis dakwah tersulap oleh lakon yang ada dalam sinetron atau film ini, yang muslimah, rapih, modis tapi juga shalehah. Bahasa gaulnya mungkin terobsesi dengan keindahannya sehingga mencoba meniru. Nah....

Kedua, jika penampilan dikaitkan dengan militansi dan keshalihan, saya rasa ini yang berat untuk mengukurnya. Apakah yang lebih zuhud atau yang lebih modis yang lebih shalih dan amanah, hmm... terlalu terburu-buru untuk menjustifikasi hal ini. Stop!. Mari kita bercermin dari hadits Rasulullah Muhammad SAW

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, 
"Takutlah dengan berburuk sangka, 
karena buruk sangka itu sedusta-dustanya perkataan. 
Janganlah memata-matai, mencari-cari kesalahan orang, 
menyaingi, saling mendengki, saling bermusuhan 
dan saling mendendam. 
Dan jadilah kamu sebagai hamba Allah yang bersaudara."
[HR. Muslim]

Jadi, kita tak boleh buruk sangka ya terhadap saudara kita. (catet!)
yang kedua, buat kita yang hidup setelah masa 80-an kita renungkan juga nih hadits berikut ini,  

Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda, 
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupamu dan kekayaanmu,
tetapi Allah melihat hatimu dan amal perbuatanmu."
[HR. Muslim] 

Allah tidah mellihat kepada rupa kita, atau penampilan kita semata tetapi Allah melihat hati dan perbuatan kita.
Jadi kalau masih merasa belum sesuai antara penampilan luar dengan hati dan perbuatan ya introspeksilah..
Introspeksilah kedekatan  kita dengan Allah.
Bagaimana :
·          Ibadah wajib dan ibadah sunnah 
·          thoharoh
·          semangat tholabul 'ilmi
·          sedekah
·          jihad melawan maksiyat dll,
ingat, kita jangan meremehkan maksiyat ya,
karena sekecil apapun maksiyat 
itu artinya kita telah berani menantang Allah
Na'udzubillaahi min dzalik.

Fenomena akhwat warna-warni ataukah ikhwan warna-warni? sudahlah... kita fokus saja pada perbaikan dan perubahan ya. Kita fokus pada "sawah"nya bukan "belut"nya. Begitu kata ustadz Rahmat Abdullah. 

Semoga Allah mengistiqomahkan kita di jalanNya.Aamiin Yaa Rabbal 'alamin.







Lembayung Andalusia
Solo 16 Mei 2012










1 komentar:

  1. Wah, nice post mba', semoga bisa mengingatkan semua )^^(

    BalasHapus