Catatan Hati

Jumat, 12 Juli 2013

Untuk Jiwa yang Memiliki Harapan

Harapan...
Setiap orang mempunyai harapan dalam hidupnya.
Dengan harapan, kita memiliki api semangat.
Api semangat mendorong seseorang untuk mewujudkan apa yang diinginkan, dicita-citakan.

Harapan seperti apa ?
Misalnya hidup dengan : rizki yang cukup, pendamping hidup yang terpercaya, naungan iman dan ilmu, keluarga dan keturunan yang shalih.

Rizki yang cukup :::
Orang menjadi terdorong untuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Seorang suami dengan ikhlas rela bercucuran keringat untuk demi menafkahi isterinya.
Seorang ayah dengan tertatih-tatih pergi selepas fajar dan pulang selepas petang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya dan mencukupi gizi mereka.
Seorang isteri menjadi menteri keuangan yang handal, dan tidak mengambur-hamburkan uang suami demi menata masa depan keluarganya.
Seorang ibu mencari kesibukan sampingan selain mengurus rumah tangganya, dengan berjualan, menjahit, atau mengajar untuk meringankan beban suaminya.

Pendamping hidup yang terpercaya :::
Pendamping hidup yang shalih adalah salah satu sumber kebahagiaan.
Memperoleh pendamping hidup yang terpercaya adalah harapan seluruh anak manusia.
Setiap orang pun mempunyai kriteria.
Namun, pendaping hidup yang terpercaya tidak mudah didapatkan.
Allah telah menjamin dalam firmanNya,
"Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik...
Laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji, perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji"
Maka keyakinan dalam mencari jodoh adalah perkara iman...
kita mempunyai sekian ambisi untuk mendapat pendamping hidup yang ini itu, tapi bagaimana kata iman?
pandangan yang tanpa dilandasi iman maka akan tertipu oleh wajah cantik, penampilan yang menawan, harta yang wah, ataupun bujuk rayu...
sehingga pernikahan tidak menuai sakinah, mawaddah, warahmah, yang ada  hanyalah penyesalan.
Kenapa dulu mencari calon koq asal saja, kenapa dulu tidak memperhatikan bagaimana ilmu agamanya, akhlaknya, ilmunya dan kewara'annya.
Kenapa dulu langsung percaya begitu saja dengan wajah cantik, penampilan yang aduhai, dan sebagainya.
Kenapa dulu terburu nafsu sehingga tidak meminta pendapat orang-orang shalih untuk memilih calon.
Kenapa dulu tidak menghiraukan restu orang tua dan merasa sombong dengan pilihannya sendiri.
Dan masih banyak kenapa-kenapa yang lainnya.
Saya juga belum berpengalaman dalam hal ini namun apa yang terjadi di masyarakat umum sudah seharusnya dapat dipetik pelajarannya.
Maka, kita lazimkan do'a ini "Allahumma hablanaa min azwajinaa wa dzurriyyatinaa qurrota'a'yun waja'alna lil muttaqiina imaamaa"

Hidup dalam naungan iman :::
Keluarga dan keturunan yang shalih :::
Kehidupan kita, apapun masalahnya...muaranya kepada iman.
Roda kehidupan selalu berputar,
bila posisi kita berada di atas kita bersyukur,
bila posisi kita berada di bawah kita bersabar.
Seseorang yang dinaungi iman, maka akan terbit dari dalam dirinya keyakinan yang tidak mudah goyah.
Dan seseorang yang dinaungi iman, akan diliputi rasa tawakkal, tenteram, dan sakinah.
Jika sebuah keluarga, yang terdiri dari dari suami, isteri, anak, semuanya menguatkan fondasi dasar ini maka Insya Allah harapan untuk kebahagiaan akan tercapai.
Jika tidak dinaungi keimanan, maka hal-hal yg dirisaukan adalah seputar :
#Kapan kita punya televisi
#Kapan bisa makan yang enak2
#Kapan bisa punya mobil
#Kapan bisa tampil wah
#Kapan punya rumah mewah
Namun, bagi keluarga yang dinaungi iman akan merasakan kerisauan jika :
#Dari hari ke hari tidak ada peningkatan amal dan ilmu...
Yaa Rabb...letakkanlah akhirat di hatiku dan dunia di genggamanku.


Colomadu, 13 Juli 2013 10.22 am.



"Ingatlah, sabar itu iman, duit bukan kawan, dunia hanya pinjaman, dan mati tak berkawan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar