Ada
orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah
Ada
orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang
bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi
Ada
serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada
bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati di sisimu manisku
Setelah kita bosan hidup dan bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu
Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegakklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa
Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda
Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu
Soe Hok
Gie
meninggal di Puncak Gunung Semeru pada bulan Desember 1969.
Dia menjadi
ikon
perjuangan yang menginspirasi mahasiswa untuk ambil bagian sebagai alat
pengendali terhadap pemerintah
Terkadang saya mengingat puisi ini manakala jiwa mahasiswa dalam diri mulai tergadai. Bait-baitnya yang mengalir. Puisi yang meninggalkan kesan perjuangan yang kental dengan idealisme mahasiswa. Perjuangan seorang aktivis mahasiswa yang diekspresikan dalam tulisan-tulisan yang menukik tajam mengkritisi kebobrokan keadaan bangsa ini. Jujur, saya sungguh jatuh cinta pada kelurusan hatinya sebagai anak bangsa. Yang mungkin film SOE HOK GIE hanyalah sekelumit potret yang terpublikasi, mungkin masih banyak pahlawan-pahlawan reformasi yang belum terekam. Contohnya salah seorang mahasiswa muslim yang gugur pada masa reformasi 1998 Arief Rahman Hakim, sayangnya ia tidak menuliskan catatan hidup sebagaimana Gie.
Puisi ini adalah surat terakhir Gie yang ia tulis untuk sahabatnya. Yang konon adalah seorang sahabat yang ia cintai. Terlihat dari baitnya bahwa ia sedang berpamitan kepada gadis tersebut, walaupun mungkin ia tidak tahu bahwa ia akan meninggal. Pada bait pertama dan kedua terlihat jelas, itu adalah sebuah keinginan hatinya. Namun coba lihatlah pada bait ketiga, keempat, dan terakhir...ada pesan yang bisa diambil hikmahnya.
Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegakklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa
'Kalian', kata kalian di sini berarti ditujukan bukan untuk satu orang. Melainkan untuk sahabat-sahabat Gie. Sahabat yang pernah berada di sisinya. Herman Lantang, Ira, Denny, Han. Sadarilah, orang-orang di sekitar kita sangatlah berharga. Syukurilah itu, karena tanpa mereka mungkin engkau tak ada artinya. Orang tua, kakak, adik, saudara, teman, sahabat, tetangga, semuanya...rasakanlah kehadiran mereka, semua itu dapat menghadirkan cinta, dan bukanlah benci.
'Kita tak pernah menanamkan apa-apa Kita takkan pernah kehilangan apa-apa', kalimat yang filosofis sekali. Kalau kita tak pernah merasa menanamkan apa-apa, maka kita juga tak kan kehilangan apa-apa. Kita mungkin pernah merasa menjadi kaum merginal...yang mungkin dipandang sebelah mata, atau terpinggirkan, atau nyaris terlupakan. Kalau kita memahami hakikat ikhlas, bukankah semua itu tak berarti apa-apa kawan? kita punya Allah. Atau mungkin, jika kerjamu kerasmu tak dihargai, jika niat baikmu tak bersambut, atau kebaikanmu disalahartikan...maka semua itu penting buatmu kawan? kau punya Allah. Maka tidak terlalu jauh rasanya jika kalimat tadi menjadi jembatan keledai tentang hakikat Ikhlas.
Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua
untuk penjelasan bait ini, dari blog sebelah saya mengutip :
Kata-kata ini ada benarnya juga, apalagi pada era sekarang ini. Hidup
apabila selalu dipakai untuk melakukan kerusakan, melakukan penindasan,
melakukan kesewenang-wenangan, korupsi, dsb, maka kata-kata Soe (Gie)
memang benar, untuk apa hidup lama-lama kalau hanya untuk menambah
kerusakan di dunia ini, menambah beban bagi orang lain di negeri ini.
Lebih baik mati saja sekarang!!! (Bukan berarti saya meminta mereka
untuk mengakhiri hidupnya.)
Tapi, kata-kata ini juga tidak dapat berlaku untuk semua kalangan
manusia. Hidup ini ada tujuan, ada alasan rasional mengapa manusia
diciptakan ke dunia. Ada kehidupan yang lebih baik lagi nantinya setelah
kita memasuki pintu gerbang “kematian”, kebahagian manusia adalah
ketika dia lulus dalam ujian yang dihadapinya saat dia berada di dunia.
Surga adalah kebahagiaan agung seorang manusia, dan untuk
mendapatkannya mereka perlu berbuat baik dalam kehidupan di dunia.
Maka dari itu, seorang filsuf agung, pemimpin umat Islam pernah berkata:
“Sebaik-baik manusia adalah yang
panjang umurnya dan baik pula amalnya dan seburuk-buruk manusia adalah
yang panjang umurnya tetapi jelek amalnya.”
Cerdas, tepat sekali, ketika kebahagiaan besar bagi seorang manusia
terletak pada kehidupan setelah kematian, dan untuk mendapatkannya
mereka harus mengumpulkan credit point-nya
di kehidupan dunia, maka umur yang panjang adalah nasib yang terbaik.
Karena dengan umur yang panjanglah mereka memiliki kesempatan yang lebih
banyak dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Kalau waktu yang diberikan
kepada mereka adalah singkat sedang mereka selalu berusaha mewujudkan
cita-cita itu, memang mungkin mereka tidak rugi dan bahkan itu juga
adalah baik, tapi seandainya mereka punya waktu yang lebih panjang tentu
itu adalah lebih baik lagi.
Kita yang sekarang masih diberikan waktu untuk mengumpulkan credit point
kita, gunakanlah waktu yang diberikan tersebut dengan sebaik-baiknya
karena jika semua telah berlalu tentu segalanya telah terlambat. Tidak
ada lagi tobat yang diterima setelah kematian, tidak ada!!! Dan tidak
berguna lagi penyesalan pada saat itu.
“Dan pada hari itu diperlihatkan
neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak
berguna lagi mengingat itu baginya.” (Q.S.Al-Fajr:23)
Maka dari itu, agar kita tidak lalai masalah waktu, kita harus mengerti
apa tujuan kita berada dalam dunia ini. Hidup ini untuk mengabdi kepada
Allah SWT, untuk mencintai rasul-Nya, dan berbuat baik kepada sesama
makhluk Allah, bukan untuk membuat kerusakan, melakukan penipuan,
melakukan penindasan, korupsi, dsb. karena tidak memaknai hakekat
kehidupannya. Wallaahua’lam. (http://terselubungsekali.blogspot.com)
Berbahagialah mereka yang mati muda
Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu
Mereka yang mati muda, mungkin menanggung dosa yang sedikit. Jika dia seorang muslim maka dia mendapat ampunan dari Allah (QS. Al-Ahzab:35) dan masuk ke dalam syurga-Nya (QS. Al-Fajr:28-30)
Jika waktuku berakhir, entah kapanpun itu.
bunddoooo.. :)
BalasHapuskangen diskusi lgi sma bundo, trkadang gak sadar smpe larut malam. diskusi yg menginspirasi..!
salam semangat perjuangan..
salam semangat perjuangan dinda ! kebersamaan denganmu begitu berharga. Alhamdulillah. :)
BalasHapus