Ada banyak hal yang membuatku
teringat pada sosok ibuku. Ya ibu kandungku. Tentang bagaimana ia begitu cermat
terhadap waktu. Ku ingat seketika beliau menjewer pahaku apabila aku mangkir
dari kewajibanku. Bukan hanya aku, tapi juga kakak laki-lakiku. Beliau tidak
pernah membeda-bedakan pendidikannya kepada kami. Siapapun yang mangkir dari
kewajibannya, kena jewer di paha. “aduh, sakitnya” L seketika itupun aku menangis
dan merasakan sakit di hatiku. Aku bertanya mengapa ibu begitu keras kepada
kami. Padahal ku lihat teman-temanku dimanja dan tidak mendapat jeweran dipaha
seperti yang aku alami. Dalam hal mengatur keuangan, ibu juga adalah sosok yang
sangat hati-hati. Bisa dibilang ibu tidak membiasakanku dengan jajan, kalau
lapar ya makan apa yang ada di meja. Terkadang ketika tiba waktunya ibu
membelikan jajan, aku menjadi senang sekali. J
Jajanan favoritku adalah roti konde, sejenis roti dengan isi coklat dan taburan
sokade entah berapa harganya aku lupa. Ukurannya hamper sebesar konde rambut
ukuran sedang. Terkadang ibu membeli 1 buah, dan kadang 2 buah. Jika ibu
membeli satu buah maka roti itu akan dibagi 4 bagian, untuk ayah, ibu, aku, dan
kakak. Kami hanya mendapat bagian yang kecil-kecil. Tapi aku tetap senang
sekali, karena begitu lezatnya roti konde bagiku. Tetapi terkadang ibu membeli 2
buah roti, masing-masing roti dibagi menjadi 2 bagian. Aku senang sekali karena
aku mendapat bagian roti yang lebih besar. Ah roti konde memang enak. Begitu pula
jika ibu membeli mangga arumanis, kami memang sangat memfavoritkan buah mangga.
Buah mangga pun sama, ketika ibu mengupas buah mangga itu aku dan kakakku
akan memperhatikan dengan seksama karena
tidak sabar ingin segera memakannya. Mangga itu dibagi menjadi 4 bagian sama
adil, untuk ayah, ibu, aku dan kakak. Ah nikmatnya makan mangga. Ada satu lagi
makanan favoritku dan kakak, yaitu pisang molen yang dijual didekat puskesmas
Lubang Buaya. Semasa kecil, ibu rajin membawa kami ke puskesmas jika kami
sakit, atau mau cabut gigi. Ibu akan mengiming-imingi pisang moleh agar kami
mau pergi ke dokter gigi. Begitu juga jika kami harus disuntik imunisaasi. Karena
begitu nikmatnya rasa pisang molen, kami mau diajak pergi ke puskesmas. Walaupun
harus menahan sakit karena cabut gigi atau mendapat injeksi. Dan selalu aku
menangis setiap keluar dari puskesmas karena gigi susu-ku yang reges itu
dicabut oleh dokter. Ibu lalu akan menghiburku dengan gandengan dan kadang
gendongan, mengajakku pulang dan tak lupa membeli pisang molen agar tangisku
hilang. Kami pun pulang ke rumah dengan
angkutan umum, tak lupa ada sekantong pisang molen di genggaman tanganku. Walaupun
pisang molen itu belum dapat ku makan langsung sehabis cabut gigi, karena harus
menunggu beberapa menit/ jam sampai darahnya membeku. Berbeda lagi jika aku habis disuntik,
pisang molen itu bisa langsung aku makan sewaktu perjalanan pulang ke rumah. J
Aku bangga kepada ibu. Rasa marahnya,
membuat aku mengetahui akan arti kewajiban. Kewajiban apa saja. Kewajiban ibadah,
belajar, dan menyayangi diri sendiri. Kami mendapat jeweran jika kami tidak mau
sholat. Entah berapa usiaku saat itu. Tapi aku masih ingat rasa sakit dari
jeweran di pahaku Akupun menangis dan langsung pergi mengambil air
wudhu untuk melaksanakan sholat. Sama halnya ketika ibu melihat aku terlalu
lama menonton TV bersama kakak, langsung diambilnya remote TV dan matikan. Terkadang
ibu langsung mencabut kabel TVnya tiba-tiba. Kami lalu ngambek, menggerutu dan
segera masuk kamar dan belajar. Sama halnya lagi ketika kami pulang dari
sekolah, kami tidak boleh main siang hari bolong, kami harus tidur siang. Ibu yang
mengeloni kami di kamar hingga kami tertidur. Tidak jarang aku dan kakak bangun
diam-diam dan keluar melalui jendela rumah, kami mendatangi teman-teman kami
yang sedang asyik bermain dan ikut bermain bersama mereka. Ibu pasti akan
datang mencari kami dan menyuruh kami pulang dengan omelannya. Kami langsung
lari menjauh karena takut dijewer dan segera turut pulang bersama ibu. Ibu memang
tidak suka jika kami bermain di siang hari, ibu ingin kami tidur siang dan baru
boleh bermain di sore harinya. Kecuali kalau hari minggu. Karena jika siang
hari tidak tidur, malam harinya kami cepat ngantuk dan tidak bisa belajar serta
mengerjakan PR yang diberikan ibu/ bapak guru di sekolah. Selain itu ibu tidak
suka jika kami panas-panasan yang membuat kulit kami hitam terbakar, dan
khawatir kami kelelahan bermain lalu jatuh sakit. Ibu ingin kami mengerti bahwa
harus punya waktu untuk istirahat dan harus tau kapan waktu istirahat dan kapan
boleh bermain. Ibu ingin kami bisa menyayangi diri kami sendiri. Begitu pula
dalam hal belajar, seketika adzan maghrib tiba tidak ada TV menyala. Kami disuruh
sholat, setelah itu makan malam, lalu belajar. Aku tidak pernah melewatkan
PRku, malah buku latihan soal pada BAB berikutnya sudah aku kerjakan, dan
otomatis aku sudah menguasai materi pada BAB berikutnya tsb padahal belum
diberikan di sekolah. Ibu selalu menemani kami belajar dan menjadi “guru les” kami
di rumah. Alhamdulillah kami selalu semangat belajar dan mendapat ranking yang
baik di kelas. J
Apa yang pernah kita dapatkan
dari orang tua kita, ambil baiknya lalu kita compare dengan teknik parenting
yang baik agar menjadi sesuatu yang sempurna. Terutama untuk pendidikan anak,
carilah sebanyak-banyaknya referensi. Semoga Bermanfaat. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar