Catatan Hati

Senin, 04 Juni 2012

Persepsi cinta



Luar biasa kekhawatiran dalam diri Abu bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, atas ‘Abdurrahman sang putra yang begitu mencintai isterinya Atikah.

Amat kuat ikatan mereka berdua, seolah tak ada yang memisahnya. Jangan sampai, pikir Abu Bakar, cinta ‘Abdurrahman terhadap isteri membuatnya melalaikan jihad dan ibadah. “Ceraikan isterimu!” Begitu perintahnya pada sang putera. Lalu, demi mentaati sang ayah, ‘Abdurrahman pun menceraikan isterinya. Lihatlah perceraian agung ini, bukan karena ketidakcocokan satu sama lain, melainkan sebab kekhawatiran bahwa cintanya akan tumbuh tidak sehat.

Tentu saja, nelangsa perasaan ‘Abdurrahman menanggung beban perceraian itu. Selama ini, meski ia mencintai Atikah dengan penuh kesungguhan, tapi ia tetap berusaha agar cinta itu tidak menodai ikrar pada Allah untuk berjihad. Demi Allah, ia sudah berusaha. Kini, perasaan cinta yang begitu menggores itu melahirkan syair yang dikenang sejarah:

Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari kan terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia
Dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama,
Dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu
Dan halus tutur katanya

Luluh kemudian hati sang ayah, Abu bakar Ash Shiddiq. Merekapun diijinkan rujuk kembali. Saat itulah ‘Abdurrahman bin Abu Bakar menunjukkan kesucian cintanya. Ia buktikan bahwa cinta kepada isteri tidak melebihi cinta kepada Allah, Rasul dan jihad sampai ia syahid dalam perang tak berapa lama kemudian. Abdurrahman bin Abu Bakar, Radhiyallahu ‘Anhuma. Allah ridha pada mereka berdua, ayah dan anaknya.
Membaca kisah ini menjadikan kita begitu malu. Betapa persepsi kita atas cinta begitu jauh dari apa yang difahami Abu bakar dan ‘Abdurrhman. Cinta Suami – isteri yang halalan Thayyiban pun masih membuat mereka risau akan ridha tidaknya Allah.
 
 
“Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah kamu cintai daripada Allah, RasulNya, dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya!” dan Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang fasik.” (At Taubah 24)
 
Bagaimana dengan persepsi cinta kita selama ini saudaraku??
 
( mengutip )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar